:::: MENU ::::

Friday, May 1, 2020

Oase kehidupan


Halo kawan, pernahkan kalian mendengar sebuah analogi kehidupan tentang seorang ayah, anak, dan seekor keledai?

Alkisah, ada seorang ayah, seorang anak, dan seekor keledai milik mereka. Mereka bermaksud akan melakukan sebuah perjalanan. Singkat cerita, ayah dan anak tersebut telah bersiap untuk memulai perjalanan mereka.

Sang ayah yang tidak ingin anaknya kelelahan dalam perjalanan meminta sang anak untuk menaiki keledai, kemudian mereka pun mulai berjalan. Diperjalanan, orang-orang yang melihat mereka kemudian ada yang berkata : "Dasar anak durhaka, dia enak-enakan naik keledai, sedangkan orang tuanya dibiarkan berjalan!".

Selang beberapa waktu, sang anak melihat sang ayah mulai kelelahan, lalu ia pun meminta sang ayah untuk gantian menaiki keledai. Akhirnya sang anak pun turun dan ayahnya menaiki keledai mereka. Diperjalanan, orang-orang yang melihat mereka ada yang berkata: "Dasar orang tua biadab, dia enak-enakan naik keledai, sementara anaknya disuruh berjalan!".

Waktu pun terus berlalu, kali ini giliran sang ayah melihat anaknya mulai kelelahan setelah berjalan cukup lama. Akhirnya ia meminta sang anak untuk sama-sama menaiki keledai. Sang anak yang sudah kelelahan pun menuruti permintaan ayahnya untuk sama-sama naik keledai. Diperjalanan, orang-orang yang melihat mereka ada yang berkata: "Dasar orang-orang biadab, mereka enak-enakan menaiki keledai berdua, sungguh mereka telah menyiksa keledai itu!".

Tanpa terasa mereka telah menempuh perjalanan cukup jauh, sang ayah dan sang anak melihat keledai mereka mulai kelelahan. Akhirnya mereka memutuskan untuk turun dari keledai dan berjalan sambil menuntun keledai mereka. Orang-orang yang melihat mereka pun ada yang berkata : "Dasar orang-orang bodoh, punya keledai malah tidak dinaiki!".

Seperti itulah kehidupan, sebaik apapun niat kita, setulus apapun hati kita, akan selalu ada orang yang memandang dari sudut pandang yang berbeda. Seringkali orang lain memberikan penilaian tanpa mau mencari kebenarannya terlebih dahulu. Percayalah, tak ada satu pun manusia di dunia ini yang terbebas dari lidah manusia lainnya. Nabi Muhammad Saw, rasul Allah, manusia yang dimuliakan oleh Allah Swt pun tak terbebas dari lidah manusia, hujatan, cacian, pernah diterima oleh Rasulullah, apalagi saya, anda, dan kita semua yang hanya manusia biasa yang sangat mungkin berlumuran dengan dosa.

Hal yang perlu diingat adalah bahwa tujuan kita hidup di dunia ini bukanlah untuk mendapatkan penilaian dari manusia, tetapi tujuan kita hidup adalah untuk mengabdi kepada sang Maha Pencipta. Maka dari itu, selama yang kita lakukan adalah sebuah kebenaran dan berada di jalur yang tidak bertentangan dengan aturan sang Pemilik Kehidupan (Allah Swt), maka lanjutkanlah ... Biarkan Anjing Menggonggong, Kafilah Tetap Berlalu ...
Categories:

0 comments:

Post a Comment

Bila ada yang ingin didiskusikan, silahkan tulis komentar!