Burung Anis Merah atau sering disebut juga Punglor Merah atau Punglor Cacing, adalah salah satu jenis burung yang sangat populer di kalangan pecinta burung. Burung ini juga sering disebut Anis Bata atau Punglor bata, dan gaya telernya memberikan daya pikat yang sangat tinggi. Nah, dalam tulisan kali ini, saya akan mengajak kawan-kawan untuk mengenal lebih dekat tentang si Anis Merah ini.
Burung Anis Merah tersebar tidak hanya di Indonesia, namun burung ini juga dapat ditemukan di beberapa negara Asia lainnya seperti Bangladesh, Vietnam, Bhutan, Kamboja, China, Malaysia, dan beberapa negara lainnya. Burung ini habitatnya terpelihara sehingga dan jumlahnya di seluruh tempat hidupnya diperkirakan tidak mengalami penurunan lebih dari 30% dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Namun ironisnya, di Jawa, populasi burung Anis Merah ini mengalami penurunan yang sangat drastis terkait banyaknya aksi penjaringan burung untuk dijual sebagai burung peliharaan.
Secara internasional, anis merah pertama kali dideskripsikan atau diberi
nama ilmiah oleh John Latham pada tahun 1790 dengan nama Turdus citrinus.
Perbedaan kenampakan Anis Merah yang terdapat di berbagai tempat
membuat para ahli burung membedakan jenis ini menjadi beberapa ras,
namun Rasmussen dan Anderton (2005) menyatakan bahwa terdapat
kemungkinan adanya beberapa jenis dalam 12 ras.
Di Indonesia, anis merah terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan
Bali. Di Sumatra diperkirakan merupakan pendatang (migran) dari daratan
Asia dan kemungkinan terdapat dua ras yaitu ras Zoothera citrina innotata dan ras Zoothera citrina gibsonhilli.
Di Kalimantan bagian utara merupakan burung penetap di daerah
pegunungan, antara 1000 – 1500 meter di atas permukaan laut dan hanya
diketahui dari sedikit catatan di G.Kinabalu dan Trus Madi yang
merupakan ras Zoothera citrina aurata. Di Jawa dan Bali dapat ditemukan sampai ketinggian 1500 meter diatas permukaan laut.
Ras Anis yang terdapat di Jawa bagian barat adalah:
Zoothera Citrina Rubecula
Zoothera citrina rubecula dan yang ada di Jawa bagian timur dan Bali adalah Zoothera citrina orientis.
Kedua ras ini hanya dibedakan dari panjang sayapnya. Penamaan ras
Zoothera citrina rubecula dilakukan oleh Gould pada tahun 1836,
sementara itu nama ras Zoothera citrina orientis diberikan oleh Bartels
Jr. pada tahun 1938. Beberapa ahli burung meragukan perbedaan ras anis
merah yang terdapat di Jawa bagian barat dengan Jawa bagian timur dan
Bali ini.
Anis merah mencari makan di atas tanah dengan tanaman bawah pohon yang
rapat. Sangat aktif mencari makan di bawah bayang-bayang sinar matahari
dengan membongkar-bongkar seresah dedaunan untuk mencari serangga,
laba-laba, cacing dan buah-buahan yang telah jatuh di tanah. Di
Malaysia, anis merah sering teramati memakan buah beringin.
Sarang anis merah berbentuk seperti mangkuk yang dangkal dan tersusun
dari akar pohon, daun, dan seresah. Kedua induk aktif membangun sarang
yang seringkali dibangun pada ketinggian lebih dari 4,5 meter dan
diletakkan pada pohon kecil atau semak. Telur sebanyak dua sampai empat,
seringkali tiga, dierami selama 13-14 hari sampai menetas. Setelah
menetas, anak dirawat sekitar 12 hari sampai dapat keluar dari sarang. (http://www.reference.com/browse/all/Orange-headed).
Terry Gonsolvis (seorang penangkar di Bristol, Inggris) telah berhasil
menangkarkan anis merah dari ras Zoothera citrina cyanotus. Arkum
(seorang penangkar di Depok, Bogor) telah berhasil menangkarkan anis
merah dengan menitipkan telurnya pada burung anis kembang (http://www.kicaumania.or.id).